1. Zat besi
Kebutuhan zat besi di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: –
- Usia 7-11 bulan: 7 mg
- Usia 1-3 tahun: 8 mg
- Usia 4-6 tahun: 9 mg
- Usia 7-9 tahun: 10 mg
- Usia 10-12 tahun: laki-laki 13 mg dan perempuan 20 mg
- Usia 13-15 tahun: laki-laki 19 mg dan perempuan 26 mg
- Usia 16-18 tahun: laki-laki 15 mg dan perempuan 26 mg
Zat besi adalah mineral penting yang bertugas sebagai komponen utama sel darah merah. Mineral ini akan berikatan dengan hemoglobin, dan terlibat dalam proses pengangkutan oksigen serta nutrisi ke seluruh sel-sel tubuh. Tidak hanya satu, tapi ada dua bentuk zat besi di dalam tubuh manusia.
Pertama yakni heme iron yang hanya ada di dalam sumber makanan hewani, seperti daging merah. Sedangkan yang kedua yakni non heme iron, yang ada di dalam sumber makanan hewani maupun nabati. Ketimbang non heme iron, bentuk zat besi heme iron cenderung lebih mudah diserap oleh tubuh.
Zat besi memang bisa dengan mudah ditemukan dalam sumber makanan harian. Namun tak jarang, kekurangan mineral zat besi merupakan salah satu masalah yang kerap terjadi, termasuk pada anak-anak.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh rendahnya asupan zat besi yang didapat dari makanan harian, maupun karena peningkatan kebutuhan zat besi di beberapa kelompok usia. Selama periode pertumbuhan, kebutuhan zat besi anak biasanya akan semakin meningkat.
Terlebih ketika anak sudah memasuki usia remaja, di mana kebutuhan zat besi terbilang tinggi akibat pubertas. Jika tidak mampu tercukupi dengan baik, kurangnya asupan mineral zat besi anak berisiko mengakibatkan anemia.
Gejala yang timbul ketika anak kurang asupan mineral zat besi:
- Kulit terlihat pucat
- Lemas, lesu, lelah
- Pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat
- Nafsu makan menurun
- Pernapasan anak cenderung cepat dan tidak normal
- Sering terserang penyakit infeksi
Pilihan makanan sumber zat besi
Anak yang dinyatakan kurang asupan mineral zat besi, biasanya akan dianjurkan untuk memperbanyak makanan sumber zat besi. Misalnya dari sumber makanan hewani seperti daging sapi, ikan sarden, ikan tuna, ikan salmon, kerang, ayam, serta telur.
Sementara dari sumber makanan nabati, bisa diperoleh dari kacang-kacangan, biji-bijian, bayam, sawi, kangkung, dan brokoli.
Di sisi lain, Anda juga bisa memberikan sumber makanan dengan kandungan vitamin C yang tinggi guna mempermudah penyerapan zat besi pada anak. Baik itu jeruk, paprika, tomat, stroberi, kiwi, mangga, dan lain sebagainya.
2. Yodium
Kebutuhan yodium di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: 90 mcg
- Usia 7-11 bulan: 120 mcg
- Usia 1-12 tahun: laki-laki dan perempuan 120 mcg
- Usia 13-18 tahun: laki-laki dan perempuan 150 mcg
Yodium adalah mineral penting yang dibutuhkan untuk mendukung fungsi kelenjar tiroid, sekaligus produksi hormon tiroid. Ada sekitar 15-23 miligram (mg) yodium di dalam tubuh manusia, sebanyak 75 persennya terdapat pada kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid akan menghasilkan hormon tiroid yang berguna untuk mendukung berbagai proses di dalam tubuh. Meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan otak, menjaga kekuatan tulang, hingga mengatur laju metabolisme tubuh.
Meski fungsinya cukup penting, tapi kekurangan mineral yodium merupakan kondisi yang cukup umum terjadi, termasuk pada anak-anak. Penyakit gondok adalah akibat utama dari kekurangan yodium, yang biasanya menimbulkan pembengkakan pada leher anak.
Bahkan menurut UNICEF, perkembangan otak anak bisa terhambat ketika asupan mineral yodium kurang. Dalam kondisi yang cukup parah, kekurangan mineral yodium pada anak dapat menyebabkan efek samping serius. Misalnya perkembangan tubuh terganggu, hingga keterbelakangan mental.
Berikut berbagai gejala saat anak kurang asupan mineral yodium:
- Pembengkakan di leher
- Berat badan meningkat
- Tubuh terasa lemas dan lelah
- Rambut rontok
- Kulit kering hingga mengelupas
- Tubuh terasa dingin tidak seperti biasanya
- Detak jantung meningkat
- Kesulitan dalam belajar dan mengingat sesuatu
Pilihan makanan sumber yodium
Kekurangan mineral yodium pada anak bisa diatasi dengan memperbanyak makan makanan dengan kandungan yodium yang tinggi. Anda bisa memberikan berbagai makanan sumber yodium seperti garam, susu, daging, ikan, ayam, sayur-sayuran, buah, dan rumput laut.
3. Kalsium
Kebutuhan kalsium di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: 200 mg
- Usia 7-11 bulan: 250 mg
- Usia 1-3 tahun: 650 mg
- Usia 4-9 tahun: 1000 mg
- Usia 10-18 tahun: laki-laki dan perempuan 1200 mg
Asupan kalsium pada anak penting untuk mendukung fungsi sel-sel tubuh, khususnya bagi perkembangan tulang dan gigi. Itu sebabnya, asupan kalsium selama masa pertumbuhan harus senantiasa tercukupi guna menunjang pertumbuhan tulang dan gigi.
Selain itu, kalsium juga bertugas untuk membantu menghantarkan sinyal dari dan ke seluruh organ tubuh. Asupan mineral kalsium yang kurang pada anak berisiko mengganggu fungsi organ jantung, otot, serta saraf. Menariknya, kadar kalsium yang ada di dalam darah telah diatur sedemikian rupa.
Jika kadar kalsium di dalam darah berlebih, tulanglah yang bertugas untuk menyimpannya. Sebaliknya, ketika tubuh kekurangan, tulang akan melepaskan simpanan kalsium guna menggantikan kadar kalsium yang menipis.
Oleh karena itu, gejala kurang mineral kalsium pada anak biasanya membuat fungsi tulang terganggu. Misalnya mengakibatkan penyakit rakitis yang membuat tulang lunak dan lemah, serta osteoporosis di kemudian hari.
Kekurangan mineral kalsium pada anak akan menimbulkan gejala berupa:
- Masalah otot
- Kelelahan parah
- Kerusakan gigi
- Kulit kering
- Kuku mudah patah
Pilihan makanan sumber kalsium
Demi menghindari semakin buruknya kondisi kekurangan mineral kalsium pada anak, Anda bisa memberikan makanan sumber kalsium tinggi. Baik itu susu, ikan, telur, keju, yogurt, maupun sayuran berdaun hijau gelap seperti bayam, kangkung, brokoli, dan lainnya.
Selain itu, perbanyak juga asupan vitamin D dari makanan harian anak guna membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Misalnya dari makanan seperti ikan, jamur, susu, keju, kuning telur, atau dari paparan sinar matahari sebagai sumber vitamin D.
4. Magnesium
Kebutuhan magnesium di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: 30 mg
- Usia 7-11 bulan: 55 mg
- Usia 1-3 tahun: 60 mg
- Usia 4-6 tahun: 95 mg
- Usia 7-9 tahun: 120 mg
- Usia 10-12 tahun: laki-laki 150 mg dan perempuan 155 mg
- Usia 13-15 tahun: laki-laki dan perempuan 200 mg
- Usia 16-18 tahun: laki-laki 250 mg dan perempuan 220 mg
Magnesium adalah mineral yang penting untuk mendukung struktur tulang dan gigi anak. Lebih dari itu, magnesium juga berperan dalam proses penyerapan kalsium, metabolisme makanan, serta menghantarkan impuls saraf.
Asupan magnesium yang optimal juga bertugas untuk mendukung kerja berbagai enzim pada tubuh. Atas dasar itulah, kekurangan mineral magnesium pada anak berisiko menimbulkan beragam penyakit nantinya. Entah itu diabetes, penyakit jantung, osteoporosis, hingga sindrom metabolik.
Gejala kurangnya kadar magnesium dalam tubuh anak yakni:
- Nafsu makan menurun
- Mual dan muntah
- Tubuh terasa lemas dan lelah
- Detak jantung tidak normal
- Kram otot
- Mati rasa atau kesemutan di satu atau beberapa area tubuh
- Kejang
Di samping itu, kekurangan magnesium pada anak dapat berisiko mengakibatkan gejala yang sering tidak disadari. Kondisi ini bisa menimbulkan peningkatan tekanan darah maupun resistensi insulin.
Pilihan makanan sumber magnesium
Jangan sampai kondisi anak semakin memburuk karena kurang asupan mineral magnesium. Maka itu, berikan sumber magnesium dari makanan seperti biji-bijian, kacang-kacangan, brokoli, bayam, alpukat, pisang, susu, serta beberapa jenis ikan.
5. Seng
Kebutuhan seng di setiap kelompok usia anak:
- Usia 0-6 bulan: –
- Usia 7-11 bulan: 3 mg
- Usia 1-3 tahun: 4 mg
- Usia 4-6 tahun: 5 mg
- Usia 7-9 tahun: 11 mg
- Usia 10-12 tahun: laki-laki 14 mg dan perempuan 13 mg
- Usia 13-15 tahun: laki-laki 18 mg dan perempuan 16 mg
- Usia 16-18 tahun: laki-laki 17 mg dan perempuan 14 mg
Seng di dalam tubuh manusia tersebar luas di semua sel, jaringan, organ, otot, serta tulang. Tak kalah dengan berbagai jenis mineral lainnya, seng juga merupakan mineral dengan segudang manfaat penting bagi tubuh.
Meliputi meningkatkan sistem kekebalan, membantu proses regenerasi sel, hingga mempercepat penyembuhan luka. Asupan seng yang optimal dibutuhkan oleh anak untuk mendukung proses tumbuh kembangnya. Itu sebabnya, mengutip dari UNICEF, kekurangan sel membawa berbagai dampak bagi anak.
Kurang asupan mineral seng pada anak bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkat risiko serangan penyakit infeksi. Misalnya seperti infeksi pada saluran pencernaan anak yang menyebabkan diare. Asupan mineral seng yang kurang pada anak bisa disebabkan oleh beberapa hal.
Mulai dari kurang tercukupinya kebutuhan seng harian anak, kehilangan sejumlah kadar seng dari dalam tubuh, serta memiliki masalah kesehatan tertentu. Dalam kondisi tersebut, biasanya anak akan mengalami satu atu lebih gejala kurang mineral seng yang umum, seperti:
- Nafsu makan menurun
- Pertumbuhan anak cenderung lebih lambat dari yang seharusnya
- Sistem kekebalan tubuh menurun
Ketika kekurangan seng berkembang semakin parah, anak bisa mengalami gejala seperti:
- Perkembangan kematangan seksual terhambat
- Kemampuan indera penciuman menurun
- Diare
- Lemas dan lesu
- Rambut rontok
- Penyembuhan luka butuh waktu lama
- Penurunan berat badan drastis
Pilihan makanan sumber seng
Jika tidak ingin kondisi kekurangan mineral seng pada anak semakin memburuk, berikan sumber makanan yang dapat mencukupi kebutuhan seng harian. Berbagai jenis makanan dengan kandungan seng yang tinggi yaitu tiram, kepiting, daging sapi, susu, telur, ayam, kacang-kacangan, jamur, yogurt, bayam, dan lain sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar